Thursday, February 26, 2015

Informasi Seputar Diabetes Melitus Tipe 1,2,3

Diabetes nelitus (DM) yang juga dikenal di indonesia dengan istilah penyakit kencing manis adalah kelainan metabolik yang disebabkan yang disebabkan oleh penyakit faktor, dengan simtoma berupa hipergikemia ktonis dan gangguan metabolisme karbohidrat, lemak dan protein. Simak Tentang Diabetes. di bawah ini:

Diabetes Melitus tipe 1:
Diabetes melitus tipe 1 adalah  diabetes yang terjadi karena berkurangnya rasio insulin dalam sirkulasi darah akibat hilangnya sel beta penghasilan insulin pada pulau pulau langerhans pankereas. IDDM (Insilun Dependent Diabetes Melitus) dapat diderita oleh anak anak maupun orang dewasa.
Penyebab terbanyak dari kehilangan sel beta pada diabetes tipe 1 adalah kesalahan reaksi autoimunitas yang menghancurkan sel beta pankreas. Reaksi autoimunitas tersebut dapat dipicu oleh adanya infeksi pada tubuh.
Perawatan diabetes tipe 1 harus berlanjut terus. Perawatan tidak akan memengaruhi aktivitas-aktivitas normal apabila kesadaran yang cukup, perawatan yang tepat, dan kedisiplinan dalam pemeriksaan dan pengobatan dijalankan. Yingkat Glukosa rata-rata untuk pasien diabetes tipe 1 harus sedekat mungkin ke angka normal (80-120 mg/dl, 4-6 mmol/l). Beberapa dokter menyarankan sampai ke 140-150 mg/dl (7-7.5 mmol/l) untuk mereka yang bermasalah dengan angka yang lebih rendah, seperti "frequent hypoglycemic events". Angka di atas 200 mg/dl (10 mmol/l) seringkali siikuti dengan rasa tidak nyaman dan buang air kecil yang terlalu sering sehingga menyebabkan dehdrasi. Angka di atas 300 mg/dl (15 mmol/l) biasanya membutuhkan perawatan secepatnya dan dapat mengarah ke ketoasidosis. Tingkat glukosa darah yang rendah, yang disebut hipoglisemia, dapat menyebabkan kehilangan kesadaran. Pada orang yang sudah sepuh, biasanya gula darah sewaktunya dijaga di bawah 200mg/dl saja dan tidak lebih rendah, karena dikhawatirkan dapat terjadinya 'hipo' atau gula darah di bawah 100 mg/dl, karena misalnya telat makan, makan lebih sedikit dari biasanya atau terlalu senang dengan aktivitas berlebihan dari biasanya.

Diabetes Melitus Tipe 2:

diabetes melitus tipe 2 merupakan tipe yang terjadi bukan disebabkan oleh rasio insulin di dalam sirkulasi darah, melainkan merupakan kelainan metabolisme yang disebabkan oleh mutasi pada banyak gen, termasuk yang mengekspresikan difungsi sel, gangguan sekresi hormon insulin, resistansi sel terhadap insulin yang disebabkan oleh difungsi GLUT10 dengan kofaktor hormon resistin yang menyebabkan sel jaringan, terutama pada hati menjadi kurang peka terhadap insulin serta RBP4 yang menekan penyerapan glukosa oleh otot lurik namun meningkatkan sekresi gula darah oelh hati. Mutas gen tersebut sering terjadi pada kromosom 19 y7ang merupakan kromosom terpadat yang ditemukan pada manusia.

Diabetes tipe 2 dapat terjadi tanpa ada gejala sebelum hasil diagnosa. Diabetes tipe 2 biasanya, awalnya, diobati dengan cara perubahan aktivitas fisik (olahraga), diet dan lewat pengurangan berat badan. Ini dapat memugar kembali kepekaan hormon insulin, bahkan ketika kerugian berat/beban adalah rendah hati, sebagai contoh, di sekitar 5kg (10 sampai 15 lb), saling terutama ketika itu ada deposito abdominal yang gemuk. langkah yang berikutnya, jika perlu, perawatan dengan lisan antidiabetic drugs. Pengobatan pada awalnya tah terhalang, lisan kaleng tetap digunakan untuk meningkatkan produksi hormon insulin dan mengatur pelepasan/release yang tidak sesuai tentang glukosa oleh hati (dan menipis pembahasan hormon insulin sampai taraf tertentu, dan pada hakekatnya menipis pembalasan hormon insulin. Jika ini gagal, ilmu pengobatan hormon insulin akan jadilah diperlukan untuk memelihara normal atau  dekat tingkat glukosa yang normal. Suatu cara hidup yang tertib tentang cek glukosa darah direkondasikan dalam banyak kasus, paling terutama dan perlu ketika mengambil kebanyakan pengobatan.

Diabetes Melitus Tipe 3:
diabetes melitus gestasional atau diabetes melitus yang terjadi hanya selama kehamilan dan pulih setelah melahirkan, dengan keterlibatan interleukin 6 dan protein reaktif C pada lintasan patogenesisnya. GDM mungkin dapat merusak kesehatan janin atau ibu, dan sekitar 20-50% dari wanita penderita GDM bertahan hidup.
Meskipun GDM bersifat sementara, bila tidak ditangani dengan baik dapat membahayakan  kesehatan janin maupun sang ibu. Resiko yang dapat dialami oleh bayi meliputi makrosomia (berat bayi yang tinggi/diatas normal), penyakit jantung bawaan dan kelainan sistem saraf pusat, dan cacat otot rangka . Peningkatan hormon insulin janin dapat menghambat produksi surfaktan janin dan mengakibatkan sindrom gangguan pernapasan. Hyperbilirubinemia dapat terjadi akibat kerusakan sel darah merah. Pada kasus yang parah, kematian sebelum kelahiran dapat terjadi, paling umum terjadi sebagai akibat dari perfusi plasenta yang buruk karena kerusakan vaskular. Induksi kehamilan dapat diindikasikan dengan menurunya fungsi plasenta. Operasi sesar dapat  akan dilakukan bila ada tanda bahwa janin dalam bahaya atau peningkatan risiko luka yang berhubungan dengan maakrosomia, seperti distosia bahu.

Retinopathy diabetes:

Retinopathy diabetes adalah terganggunya Retina Mata, karena kaku dan rapuhnya pembuluh darah retina, karena adanya diabetes. Akibatnya pembuluh darah dapat pecah atau sebaliknya menjadi tersumbat dan membentuk pembuluh darah baru. Retinopathy diabetes biasanya tanpa gejala apapun, oleh karenanya penderita diabetes seharusnya memeriksakan matanya sedikitnya sekali setahun. Jika melihat seolah-olah ada benda terbang melayang-layang atau pandangan kabur atau malah hilang sama sekali (1 mata), segeralah berobat, karena dipastikan terjadi robek atau bahkan lepasnya sebagian/seluruh retina. Hampir semua Klinik Mata dan Rumah Sakit Mata yang memiliki bagian Retina atau lebih khusus lagi bagian Retinopathy Diabetes memiliki alat Photo Fundus (Funduscopy) atau yang lebih canggih lagi yang dapat mengetahui adanya gangguan pada Retina dan bila ditemukan gangguan yang significant, maka akan diadakan Laser terhadap Retina tersebut selama kurang lebih 20 menit. Biaya Funduscopy relatif murah, tetapi biaya Laser agak tinggi. 8 persen dari penderita diabetes type apapun akan mengalami risiko kebutaan pada masa tuanya.

Penyaringan penyakit diabetes:

jika salah satu faktor risiko diabetes dibawah ini terpenuhi, maka dilakukan penyaringan penyakit diabetes dengan melakukan tes gula darah puasa dan tes gula darah 2 jam setelah makan. Mengingat 2 tes di atas di laboraturium klinik sama besar dengan tes toleransi glukoasa, maka sebaiknya langsung saja melakukan tes toleransi glukosa.
Faktor resiko diabetes
  • Kelompok usia dewasa tua (45 tahun ke atas)
     
  • Kegemukan BB > 120% BB idaman atau IMT > 27 (kg.m2) IMT atau indeks masa tumbuh = Berat Badan (Kg) dibagi tinggi badan (meter) dibagi lagi dengan Tinggi Badan (cm), misalnya BB 86kg dan TB 1,75 meter, maka IMT = 86/1,75/175 =28 > 27, berarti memiliki resiko diabetes.
     
  • Tekanan darah tinggi (> 140/90 mmHg)
     
  • Riwayat keluarga DM, ayah atau ibu saudara kandung ada yang terkena penyakit diabetes.
     
  • Riwayat kehamilan dengan BB lahir bayi > 4000 gram.
     
  • Riwayat DM pada Kehamilan.
     
  • Dislipidemia (HDL < 35 mg/dl dan atau trigliserida > 250 mg/dl.
     
  • Pernah TGT (Toleransi Glukosa Terganggu) atau GDPT (Glukosa Darah Puasa terganggu).
Banyak orang berpendapat, bahwa orang kurus tidak dapt terkena diabetes, hal ini tidak benar, terutama orang kurus dengan perut buncit yang disebut obesitas sentral Menurut Public Health England 2014, seseorang dengan perut buncit apakah kurus apakah gemuk dengan lingkar pinggang melebihi 80 centimeter bagi wanita dan melebihi 90 centimeter bagi pria memiliki tingkat risiko 7 kali lebih besar terkena diabetes daripada yang tidak buncit. Buncit berarti kelebihan asupan makanan dan mengundang terjadinya diabetes.

Klik

No comments: